Hikmah Besar Garuda Di Dadaku 2

Saya dan keluarga selalu mencintai film untuk anak-anak Indonesia, terutama Garuda Di Dadaku. Pemilihan film favorit kami agak subyektif karena kami pun pecinta sepak bola. Garuda Di Dadaku memberi pengaruh yang besar dalam keluarga kami. Adik laki-laki saya yang kecil, kurus mirip Bayu tetapi memiliki keinginan yang semakin kuat untuk bermain sepak bola setelah menonton Garuda Di Dadaku. Lalu, adik perempuan saya, sangat suka menonton Garuda Di Dadaku dan berani untuk bermimpi tinggi menjadi Presiden.

Saat saya melihat akan ada Garuda Di Dadaku 2 (GDD 2) di Coming Soon bioskop, saya langsung bersemangat menyampaikannya pada keluarga dan kami semua panik. Excited. Terlalu bersemangat ingin menyaksikan perkembangan Bayu selanjutnya.

Saya mencoba melihat trailer GDD 2 di youtube dan bergetarlah hati saya. Rasanya mau nangis. Wah, bagus sekali! Rasa penasaran ini semakin meningkat. Keberuntungan berpihak kepada saya saat PlotPoint mengadakan kuis berhadiah dua tiket premier GDD2 dan saya adalah salah satu pemenangnya. Keinginan untuk menonton bersama keluarga harus dipendam terlebih dahulu karena saya hanya mendapat dua tiket dan tidak semua orang boleh datang ke premier. Hanya undangan tertentu saja. Akhirnya, saya pergi bersama kakak sepupu.

Semua ada di premier tersebut. Rudi Soedjarwo, Salman Aristo, Riri Reza, Mira Lesmana, tetapi yang paling saya tunggu adalah Emir Mahira. Ya, Bayu, si bocah kecil penuh talenta yang sedang beranjak dewasa itu benar-benar saya nantikan keberadaannya. Sosok Bayu sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Entah karena terlalu mirip dengan adik laki-laki saya atau karena memang sosoknya terlalu lucu, saya memiliki banyak rencana saat bertemu dengannya. Foto bersama, ttd-nya untuk adik, kesempatan untuk memeluknya, semua sudah tergambar jelas di kepala saya.

Secara tidak sengaja, saya menyadari keberadaan Bayu yang tengah bengong sendirian. Secara refleks saya memanggil namanya, bukan Emir, melainkan “Bayu!“. Secara refleks pula dia menoleh, “Iya?“. Si Pemenang Piala Citra 2011 Kategori Pemeran Pria Terbaik ini lucu sekali. Di balik tubuhnya yang mungil ini dan sikapnya yang pemalu, terdapat talenta besar yang tidak dimiliki semua orang.

Setelah kurang lebih 3 jam menunggu, akhirnya kami masuk studio dan mulai menonton.

GDD 2 benar-benar memberikan kita realita yang sesungguhnya. Konflik yang nyata.

Rupanya, Bayu telah menjadi Captain di timnas U-15. Bayu dan timnas U-15 sedang fokus untuk membawa Indonesia memenangkan Piala Asean untuk U-15.

Di GDD 2, Bayu memiliki berbagai macam permasalahan. Mulai dari jadwal sekolah dengan tugas-tugasnya yang harus sebaik mungkin diatur agar tidak terabaikan, hadirnya sosok “Ayah” baru dalam kehidupan Bayu, saingan yang kuat di timnas U-15 sampai permasalahan ego dengan sahabat terbaiknya, Hery.

Pada akhirnya, semua permasalahan itu menjadi terlalu rumit dan Bayu tidak memiliki tempat pijakan untuk membantunya. Semua orang seakan memojokkan Bayu dan membuatnya berada dalam posisi sulit. Hingga, posisi Captain pun berpindah dari tangannya. Dunia Bayu seakan hancur.

Bayu enggan untuk bermain lagi dan memilih untuk kabur dari keadaan. Bayu memutuskan untuk menyelamatkan harga dirinya yang sudah tercoreng dengan menjauh dari lapangan. Tetapi, seorang teman memberikan Bayu sudut perspektif lain. Perspektif yang tidak pernah Bayu pikirkan sebelumnya, Perspektif dari orang-orang yang menyayangi Bayu dan memperhatikan dirinya dengan cara mereka masing-masing.

Bayu pun tersadar dan mencoba memperbaiki keadaan juga kesalahannya. Meskipun begitu, Bayu tidak kemudian menjadi Captain lagi, tetapi dengan semangat kepemimpinannya, seluruh anggota timnas U-15 tetap selalu menganggapnya sebagai Captain.

Hubungannya dengan Ibu dan sang “Ayah“ baru pun membaik. Bayu berusaha untuk membuka hatinya untuk kebahagiaan Ibu dan mencoba menjadi lebih lapang. Begitu pula dengan dengan hubungan persahabatannya dengan Hery. Semua kembali membaik dengan sendirinya, karena pada dasarnya mereka menyadari bahwa sahabat tidak cocok untuk bertengkar dan setiap ungkapan persahabatan itu tidak harus disampaikan dengan kata-kata tetapi dengan sesuatu lain yang lebih berharga, walaupun terkadang mereka tak menyadarinya.

Pada intinya, semua permasalahan tersebut hanya buah dari kekhawatiran Bayu. Semua berputar pada dirinya, ego dirinya, apa yang akan terjadi pada dirinya juga keadaan yang Bayu hindari untuk terjadi pada dirinya. Disinilah, Bayu belajar untuk menjadi dewasa. Menerima tanggung jawab penting dan bersiap penuh untuk menjalaninya. Bayu juga belajar untuk tidak egois dan lebih terbuka juga lapang dada. Keadaan tidak selalu sama dan Bayu harus menerima segala perubahan dengan baik.

Di akhir film GDD 2, saya menangis. Kakak sepupu saya sampai kaget dan bertanya mengapa saya menangis. Saya sendiri pun heran. Menonton GDD 2 memberi saya kegembiraan tersendiri menyaksikan talenta-talenta muda Indonesia memperjuangkan kemenangan di ajang Piala Asean, sementara timnas utama kita dengan mudahnya dipatahkan lawan.

Mungkin alasan lain mengapa saya menagis setelah menonton GDD 2 adalah begitu banyaknya hikmah yang film ini coba sampaikan. Menurut pendapat saya, beberapa hikmah tersebut adalah:

  1. Belajar untuk menjadi dewasa. Saya malu dengan Bayu. Captain kecil ini mengemban tugas yang begitu besar. Meskipun pada awalnya dia kesulitan dan merasa tugasnya terlalu berat bahkan hampir menyerah, Bayu tetap bangkit dengan semangat juang yang lebih tinggi dari sebelumnya.
  2. Kendalikan ego. Semua permasalahan yang ada di GDD 2 sebenarnya hanya wujud dari komplikasi ego diri Bayu sendiri. Memang sulit untuk memahami sekitar saat seakan-akan tidak ada yang ingin memahami kita. Tetapi, begitu kita meluangkan waktu sebentar untuk memahami dan mencoba untuk berpikir jernih, semua permasalahan pun selesai dengan sendirinya dan seakan tak pernah ada.
  3. Temukan Passion-mu. Menurut Renee S, seorang Career Coach, Passion isn’t something that you like but you enjoy the most. GDD 2 memberikan pemahaman nyata pada saya bahwa saat seseorang menemukan sesuatu yang paling dia senangi untuk dilakukan, berbagai cara akan dia lakukan untuk mencapainya, meskipun banyak aral melintang.
  4. Respect semua jenis cita-cita. Saat nilai-nilai Bayu terjun bebas karena jadwal sepak bola, Ibu Bayu berkata, “Bayu, jangan sampai Ibu menyuruh kamu untuk memilih antara sekolah atau sepak bola”. Ibu Bayu memahami betul kecintaan anaknya pada sepakbola, tetapi dia tidak ingin dunia pendidikan Bayu berantakan. Menghargai tentu tidak sama dengan dengan menghancurkan. Mendukung juga tentu tidak sama dengan mengabaikan.
  5. Sebenarnya banyak hikmah juga untuk dunia politik sepak bola Indonesia di GDD 2 ini. Tetapi, saya pikir itu bukan area bahasan saya dan saya pun kurang tertarik membahasnya. Penggambaran dunia politik sepak bola Indonesia di GDD 2 ini cocok menjadi bumbu tertawaan miris kita semua.

Teman-teman, adik-adik, om dan tante yang belum menonton GDD 2, segeralah tonton film penuh hikmah ini. Bukannya saya promosi atau bagaimana, tetapi GDD 2 adalah film bagus yang patut untuk disaksikan oleh banyak orang. Datang, tonton dan rasakan sendiri sensasi GDD 2. Hidup, Bayu! Hidup Sepak Bola Indonesia!! :)

20/12/11  00.22 WIB

5 thoughts on “Hikmah Besar Garuda Di Dadaku 2

    1. Thanks did! :)
      hahaha sebenernya gw juga suka tuh sentilan2 sadis buat PSSI di GDD 2.. tp klo gw bahas bakal makin panjang aja nih note-nya dan bakal penuh sama opini2 gw yg kurang paham dunia politik, takutnya malah jadi opini dangkal gitu.. jadi ga gw bahas deh, gw menyingkir aja huehehe..
      Anw GDd 2 emang bagus banget :’)

      Like

Leave a comment